Thursday, October 23, 2014

Hari Ketiga : Seleksi LGD LPDP


Museum Tsunami Aceh

Hari ketiga di Banda Aceh kembali saya awali dengan shalat shubuh berjamaah di Masjid Agung Al Makmur. Ternyata imam Shubuh kali ini berbeda dengan imam ‘Isya dan shubuh kemarin tapi tetap dengan kualitas yang hampir sama.
Sesuai jadwal hari ini saya akan mengikuti Leaderless Group Discussion (LGD) dan saya kembali mendapatkan nomor urut 1 pukul 08.00-08.50 WIB. Ada 7 orang peserta yang satu kelompok diskusi dengan saya. Berdasarkan blog tentang LPDP yang pernah saya baca sebelumnya, tema diskusi adalah seputar topik yang sedang on bersumber dari opini di media massa.
LGD adalah diskusi tanpa pemimpin. Oleh karena itu, harus ada yang berinisiatif untuk memulai dan mengatur jalannya diskusi dan ada yang menjadi notulis. Setiap peserta memiliki hak yang sama untuk memberikan pendapat tentang suatu tema yang menjadi pertanyaan dan di akhir diskusi akan ada kesimpulan yang dihasilkan.
Setelah memasuki ruangan, maka fasilitator akan mengatur tempat duduk masing-masing peserta dan membagikan artikel yang akan menjadi pokok pembahasan. Masing-masing peserta diberikan salinan artikel tersebut dan diberi kesempatan terlebih dahulu untuk membaca artikel. Kami diberikan waktu 30 menit untuk diskusi termasuk membaca artikel. Artikel yang menjadi bahan pembahasan kami adalah Pluralisme dan Pemimpin yang Ideal berasal dari opini Kompas.
Setelah kira-kira semua peserta selesai membaca artikel, peserta di sebelah kiri saya mengambil inisiatif untuk memulai diskusi dan menyampaikan pendapatnya. Saya mendapatkan giliran yang kedua. Selanjutnya semua peserta secara bergantian memberikan pendapat. Sebelum sampai kepada kesimpulan, saya mengambil bagian kembali untuk menambahkan hal yang belum disebutkan. Terakhir, peserta lain yang di depan saya membacakan hasil dari diskusi kami.
Setelah selesai LGD, maka seluruh rangkaian seleksi telah selesai saya laksanakan. Saya permisi kepada beberapa orang teman yang telah bersama selama 2 hari. Saya akan menuju bandara Sultan Iskandar Muda, namun sebelum itu saya sempatkan berkunjung ke Museum Tsunami Aceh.
Sampai dengan tulisan ini saya publish, pengumuman tentang hasil seleksi tersebut belum diterbitkan, mungkin sekalian dengan hasil seleksi di Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 18 Oktober 2014.

Tuesday, October 21, 2014

Hari Kedua : Seleksi Wawancara LPDP


Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh

Hari kedua di Banda Aceh saya awali dengan shalat shubuh berjamaah di Masjid Agung Al Makmur. Saya masih penasaran dengan imamnya dan ternyata imam Shubuh berbeda dengan imam ‘Isya kemarin tapi tetap dengan kualitas yang hampir sama.
Setelah shalat saya kembali ke hotel untuk sarapan, ternyata menurut petugas hotel sarapan baru akan dibuka pada pukul 07.00 WIB. Saya putuskan untuk mencari sarapan di luar hotel dan ternyata harga sarapan di Banda Aceh tidak begitu mahal jika dibandingkan dengan di Medan.
Sesuai jadwal, wawancara dan verifikasi akan dilaksanakan pada hari pertama seleksi dan Leaderless Group Discussion akan dilaksanakan pada hari kedua. Alhamdulillah, untuk kedua tahapan tersebut saya mendapatkan jadwal yang pertama.
Seleksi hari pertama akan diawali dengan pembukaan dan pembekalan oleh Direktur LPDP pada pukul 08.00 WIB, artinya peserta harus hadir paling tidak 15 menit sebelum itu di lokasi Gedung AAC Prof. Dr. Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala.
Saya berangkat dari hotel dengan becak motor pada pukul 07.30 WIB. Perjalanan ke lokasi sekitar 15 menit. Ketika sampai di lokasi ternyata pada hari itu juga dilaksanakan wisuda salah satu akademi swasta dan gedung untuk lokasi seleksi LPDP masih terkunci. Namun, sudah ada beberapa orang peserta yang menunggu di depan pintu yang sebagian besar dari NAD dan ada yang baru tiba dari Sumatera Barat. Kami pergunakan waktu untuk berdiskusi tentang Beasiswa LPDP.
Singkat cerita, pembukaan dan pembekalan telah selesai dan saya adalah peserta pertama seleksi wawancara untuk kelompok I. Saya tentu hadir dengan berbagai persiapan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan wawancara sebelumnya yang pernah dipublish pada beberapa blog.
Ketika memasuki ruang seleksi, ternyata ada 3 orang pewawancara, 1 pria dan 2 wanita. Dan yang perlu saya garis bawahi adalah ternyata pertanyaan-pertanyaan yang diberikan jauh berbeda dengan apa yang sudah saya persiapkan.
Pewawancara I :
Sudah haji, koq gak pake Assalamu’alaikum?
Mengapa memilih universitas ini?
Apa sudah ada artikel internasional?
Apa sudah kenal dengan salah satu pembimbing disana?
Apa sudah lihat silabusnya?
Bagaimana seandainya beasiswa sudah habis, Bapak belum selesai?
Bagaimana kalau seandainya daerah Bapak minta merdeka?
Pewawancara II :
Coba dalam bahasa Inggris, apa rencana Bapak ke depan?
Ceritakan secara singkat, rencana penelitian Bapak?
Bagaimana bentuk nyatanya bagi masyarakat?
Pewawancara III :
Anak ke berapa dari berapa bersaudara?
Bagaimana latar belakang keluarga Bapak?
Bapak kan PNS struktural, buat apa melanjutkan S3?
Apa keluarga akan ikut bersama Bapak?
Apa Bapak sudah memikirkan hambatan yang mungkin dihadapi?
Kalau di dekat kampus tidak ada sekolah untuk anak Bapak atau anak Bapak tidak bisa beradaptasi di sekolah yang baru, bagaimana?
Waktu wawancara sebenarnya tidak terpaku sesuai jadwal, bisa lebih cepat atau lebih lama. Dalam hal ini, saya termasuk yang lebih lama. Setelah selesai saya ucapkan terima kasih, mohon maaf dan salam.
Selesai wawancara, saya masih harus menunggu sampai selesai shalat zhuhur dan makan siang untuk proses verifikasi berkas.
Setelah selesai proses verifikasi saya kembali ke hotel dan istirahat sambil menyaksikan siaran langsung semi final AFC Cup antara Persipura dengan Al Qadsia Kuwait. Selanjutnya saya berangkat ke Masjid Raya Baiturrahman untuk shalat Maghrib berjamaah dan membeli oleh-oleh khas Aceh.
--Bersambung--

Jalan Menuju Beasiswa LPDP

Masjid Agung Al Makmur Banda Aceh

"Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat" begitulah Rasul menegaskan pentingnya pendidikan. Walaupun banyak orang yang beranggapan bahwa pendidikan yang tinggi menjadi tidak penting bagi seorang wanita karena toh akan bekerja sebagai ibu rumah tangga atau PNS yang berada pada tugas struktural menjadi kurang penting untuk melanjutkan pendidikan dibanding PNS fungsional seperti dosen atau peneliti, namun harus dipahami bahwa kewajiban menuntu ilmu tersebut bersifat umum tanpa melihat jenis kelamin atau kedudukan.

Sayangnya, untuk mendapatkan pendidikan dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Hal ini menyebabkan banyak orang yang memiliki semangat tinggi untuk melanjutkan pendidikan harus terhenti di tengah jalan. Alhamdulillah, Pemerintah Republik Indonesia sangat menyadari pentingnya pendidikan untuk kemajuan bangsa. Pemerintah telah mengeluarkan sebuah program yang disebut Beasiswa Pendidikan Indonesia melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Untuk informasi lebih lanjut mengenai beasiswa ini silahkan klik http://www.lpdp.depkeu.go.id

Sebagai PNS struktural, melanjutkan pendidikan sampai ke tingkat Doktor adalah hal yang tidak penting bagi sebagian orang. Namun, saya memiliki pandangan lain. Saya masih teringat perkataan seorang instruktur diklat kepemimpinan 6 bulan yang lalu "kalaupun ada kesempatan untuk diklat menggosok gigi buaya, ikuti sajalah". Saya memiliki motivasi tersendiri dalam bidang pendidikan. Saya yakin semakin banyak saya belajar semakin besar manfaat yang bisa saya berikan. Demikian juga, hal ini tentu penting bagi pembangunan daerah saya dan motivasi bagi anak-anak saya di masa yang akan datang.

Saya memilih Beasiswa LPDP melalui Program Afirmasi yaitu program khusus untuk mahasiswa yang berasal dari Daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), daerah perbatasan, mahasiswa berprestasi dan mahasiswa Bidik Misi Cumlaude. Setelah menyiapkan berkas, tanggal 12 September 2014 saya mengirimkannya melalui titipan kilat (walaupun pendaftaran dapat juga dilakukan melalui email) karena banyaknya berkas/sertifikat yang harus dilampirkan.

Lebih kurang seminggu setelah pengiriman berkas, pihak LPDP menyampaikan hasil seleksi melalui telepon, email dan sms bahwa saya dinyatakan lulus administrasi dan diundang mengikuti seleksi wawancara dan Leaderless Group Discussion (LGD) di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh pada tanggal 30 September s/d 1 Oktober 2014. Ini adalah pertama kalinya Banda Aceh menjadi host seleksi karena biasanya seleksi dilakukan di Medan sebagaimana juga tertulis dalam formulir pendaftaran. Oleh karena itu panitia menanyakan kesiapan saya untuk hadir di Banda Aceh atau memilih lokasi lain seperti Jakarta. Biaya transportasi dan akomodasi selama mengikuti seleksi menjadi tanggung jawab masing-masing peserta.

Perubahan lokasi dari Medan ke Banda Aceh tentu menyebabkan saya harus mengeluarkan dana tambahan untuk transportasi dan akomodasi. Namun, bagi saya ini adalah bagian dari perjuangan. Mudah-mudahan menjadi amal shalih karena saya sedang berjuang mencari jalan menuntut ilmu.

Tanggal 29 September 2014 pukul 16.30 WIB saya mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh. Tak diduga saya bertemu dengan seorang teman diklat kepemimpinan yang berasal dari Kabupaten Simeulue Provinsi NAD. Setelah berbincang sebentar, kami harus berpisah karena ia akan menuju daerah yang berbeda arah dengan saya. Namun ia sempat memperkenalkan saya dengan seorang supir yang akan menghantarkan saya ke Hotel Madinah Banda Aceh, tempat saya menginap.

Ternyata supir tersebut sudah memiliki penumpang lain selain saya. Dia menanyakan jika saya tidak buru-buru saya akan diantar belakangan. Saya setuju saja sekalian berkeliling Aceh tanpa mengeluarkan biaya tambahan.

Menjelang maghrib, saya tiba di hotel. Setelah maghrib saya berjalan di sekitar hotel sambil mencari warung untuk makan malam. Alhamdulillah, ada sebuah warung yang bernama "Arwana" tidak jauh dari hotel dan sangat ramai dikunjungi orang. Ternyata warung tersebut menyediakan tiga macam nasi: nasi putih, nasi goreng dan nasi kuning dengan lauk yang beraneka ragam.

Setelah selesai makan saya mendengar adzan isya dan saya tanyakan kepada pemilik warung dimana Mesjid yang terdekat. Dia menunjukkan sebuah mesjid yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari warung tersebut. Ketika memasuki masjid tersebut saya sangat takjub dengan kemegahannya dan keindahan suara imamnya. Saya sempatkan untuk mencari tahu nama mesjid tersebut. Namanya adalah Masjid Agung Al Makmur Banda Aceh. Setelah browsing melalui google, ternya mesjid tersebut dibangun kembali pasca tsunami melalui dana sumbangan dari Kesultanan Oman.

Setelah kembali dari mesjid, saya beristirahat untuk persiapan seleksi wawancara besok.

---Bersambung...---